Selasa, Juni 21, 2016

Distance Learning (Pembelajaran Jarak Jauh)


        Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah masalah keterbatasan akses warga masyarakat terhadap pelayanan pendidikan,terutama pendidikan yang bermutu. Pada hal, mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu adalah merupakan hak warga negara. Artinya bahwa negara berkewajiban untuk memberikan akses kepada warga negara untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Diantara penyebab permasalahan ini adalah keterbatasan anggaran negara dalam membangun fasilitas pendidikan (sekolah) di seluruh wilayah Indonesia secara merata. Selain itu juga disebabkan oleh terbatasnya tenaga pendidik (guru) yang di sediakan oleh negara, sementara di lain pihak jumlah penduduk Indonesia sangat besar sehingga kemampuan lembaga pendidikan yang ada, belum mampu melayani proses pendidikan seluruh masyarakat secara bermutu. Namun demikian, para praktisi pendidikan tidak boleh hanya “duduk berdiam diri” dalam menghadapi tantangan pembangunan pendidika ini, oleh karena itu harus segera di usahakan solusi pemecahannya.
        Usaha pembangunan pendidikan dengan cara-cara yang konvensional seperti membangun gedung-gedung sekolah dan mengangkat guru baru, hal ini tidak lagi dapat dipandang sebagai langkah yang mampu memecahkan masalah pendidikan. Pembaharuan pendidikan tidak mungkin lagi dapat dilakukan dengan cara-cara yang lama dengan menggunakan metode yang lama.
        Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya e-learning yang dalam pelaksanaannya banyak digunakan untuk menunjang apa yang disebut Distance Learning (DL) atau pendidikan jarak jauh.
        Distance Learning atau pendidikan jarak jauh, yang dalam UU Sisdiknas pasal 1 ayat 15 diartikan sebagai pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan  berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lain (Supradono, B., 2009).
Di Indonesia pembelajaran distance learning masih tergolong sistem pendidikan dengan teknologi baru ( Adhiatma, N., 2011), tidak semua institusi pendidikan berhasil melaksanakan. Menurut Singh, H., (2003) Informasi terbaru mengatakan  dengan kemajuan teknologi pembelajaran jarak jauh menjadi lebih diakui untuk berpotensi  dalam memberikan perhatian  secara individual  dan komunikasi dengan siswa dapat dilakukan  dengan fleksibel (Salim, K., dan Tiawa DH., 2014).
        Brown, Mary Daniels., (2000) menjelaskan bahwa pembelajaran jarak jauh berbasis e-education ini mempunyai keuntungan yang berbeda dengan sistem pembelajaran berbasis komputer konvensional yang biasa digunakan di antaranya iaitu; (1) dapat menghemat biaya pendidikan lebih jauh dari pada pembelajaran kelas konvensional, (2) dapat menghemat biaya biaya seperti; biaya perjalanan dinas, biaya fasilitas dan penyelenggaraan pendidikan, buku-buku siswa(teksbook) dapat diganti dengan e-book (virtual library), sistem administrasi pembelajaran lebih mudah dan murah tidak dilakukan dengan cara konvensional (Salim, K., dan Tiawa DH., 2014).
        Selanjutnya untuk menjawab permasalahan mengenai  terpusatnya pendidikan dikota-kota besar seperti saat ini, maka distance learning sudah selayaknya mendapat perhatian khusus. Seorang peserta didik dapat terdaftar di instansi pendidikan yang berbasis dimanapun yang dirasa memiliki kualitas yang baik, tentunya setelah melalui tes seleksi yang ditentukan instansi itu sendiri atau pemerintah. Setelah itu, proses pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun seperti yang diinginkan. Peserta didik dapat melaksanakan kegiatan belajarnya di daerah asalnya tanpa harus menuju basis instansi pendidikan tersebut seperti yang terjadi pada pendidikan konvensional. Dengan demikian, pembelajaran tidak lagi terpusat di kota-kota besar saja. Semua warga negara Indonesia dari daerah manapun dapat mengenyam pendidikan di daerah masing-masing (Supradono, B., 2009)
        Untuk itu kita harus bisa mengembangkan sistem pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa memandang usia, jender, lokasi, kondisi sosial ekonomi, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. sistem tersebut juga mampu meningkatkan mutu pendidikan secara merata. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem pendidikan terbuka atau sistem belajar jarak jauh (distance learning), yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Oleh karena itu dalam makalah ini akan bahas mengenai metode mengajar distance learning dengan harapan agar praktisi pendidikan di Indonesia dapat lebih memahaminya lebih mendalam.

A.    Pengertian Distance Learning
    Tahun 1980 Keegan memberikan definisi sistem pendidikan jarak jauh berdasarkan analisisnya terhadap beragam definisi dan tradisi praksis.  Menurut Keegan. System pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik sebagai berikut: (http://padamu.net/sistem-pendidikan-jarak-jauh)
1.    Terpisahnya siswa dan pengajar yang membedakan pendidikan jarak jauh dengan pengajaran tatap muka.
2.    Ada pengaruh dari suatu organisasi pendidikan yang membedakannya dengan belajar sendiri  di rumah (home study).
3.    Penggunaan beragam media—cetak, audio, video, computer, atau multi media—untuk mempersatukan antara siswa dan pengajar dalam suatu interaksi pembelajaran.
4.    Penyediaan komunikasi dua arah sehingga siswa dapat mengambil manfaat darinya dan bahkan mengambil inisiatif untuk dialog.
5.    Kemungkinan pertemuan sekali-sekali untuk keperluan pembelajaran dan sosialisasi (pembelajaran diarahkan kepada individu, bukan kepada kelompok).
6.    Proses pembelajaran yang memilik bentuk hamper sama dengan proses industri.
Selanjutnya, Distance learning (DL) atau pendidikan jarak jauh dalam UU Sisdiknas pasal 1 ayat 15 diartikan sebagai pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain (Supradono, B., 2009).
Sedangkan menurut Simonson, Smaldino, Albright & Zvacek (2006). Mereka mendefinisikan pendidikan jarak jauh sebagai berikut: “Distance education is defined as institution-based formal education where the learning group is separated, and where interactive telecommunications systems are used to connect learners, resources, and instructors”. Definisi ini menunjukkan bahwa pendidikan jarak jauh memilki ciri-ciri sebagai berikut: (https://lalangiran.wordpress.com/tag/long-distance-learning/)
•    Adanya lembaga formal yang menyelenggarakan program pendidikan.
•    Kelompok peserta belajar terpisah dengan pengajar
•    Digunakannya sistem telekomunikasi untuk menghubungkan peserta belajar, sumber-sumber belajar, dan pengajar
Departemen Pendidikan Amerika Serikat, mendefinisikan pendidikan jarak jauh seperti dkutip oleh Schlosser dan Simonson (2006) “Distance education is the application of telecommunications and electronic devices which enable students and learners to receive instruction that originate from some distant location”. Pengertian ini lebih spesifik menyebutkan penggunaan alat telekomunikasi dan elektronik sebagai media untuk memungkinkan terjadinya pembelajaran dari jarak yang jauh dari sumber belajarnya (https://lalangiran.wordpress.com/tag/long-distance-learning/).
    Distance Learning atau pembelajaran jarak jauh, adalah bidang pendidikan yang berfokus pada pedagogi, teknologi, dan desain sistem instruksional yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada para siswa yang tidak secara fisik "di situs" di kelas tradisional atau kampus. Ini telah digambarkan sebagai "suatu proses untuk membuat dan menyediakan akses untuk belajar ketika sumber informasi dan peserta didik dipisahkan oleh waktu dan jarak, atau keduanya". Dengan kata lain, pembelajaran jarak jauh adalah proses menciptakan pendidikan pengalaman kualitas yang sama bagi pelajar terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka di luar kelas. Teknologi baru ini menjadi banyak digunakan di universitas-universitas dan lembaga di seluruh dunia. Dengan tren baru-baru ini kemajuan teknologi, pembelajaran jarak jauh menjadi lebih diakui untuk potensialnya dalam memberikan perhatian individual dan komunikasi dengan siswa internasional (http://febrisabtio.blogspot.co.id/, diposkan oleh Febri Sabtio W di 2:44 PM, di browsing 2 Mei 2016).
Sementara itu pengertian Distance learning menurut Haryono (2001) mengetengahkan ada 6 (enam) unsur dasar pengertian dari distance learning atau pendidikan jarak jauh, yaitu (Agus Lahinta, Seminar Internasional, ISSN 1907-2066)
o    Terpisahnya dosen dan mahasiswa, karakteristik inilah yang membedakan Distance Learning dari pendidikan konvensional.
o    Adanya lembaga yang mengelola Distance Learning. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti Distance Learning dari orang yang belajar sendiri (self study).
o    Digunakannya media sebagai sarana untuk menyajikan isi perkuliahan.
o    Diselenggarakanya sistem komunikasi dua arah antara dosen dan mahasiswa atau lembaga dan mahasiswa sehingga mahasiswa mendapatkan manfaat darinya. Dalam hal ini mahasiswa dapat berinisiatif untuk terjadinya komunikasi itu.
o    Pada dasarnya Distance Learning bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak sama sekali tergantung kepada organisasi penyelenggaranya.
Selanjutnya Greenberg (1998) mendefinisikan pembelajaran jarak jauh sebagai "sebuah rencana pengajaran/pengalaman belajar yang menggunakan spektrum yang luas dari teknologi untuk menjangkau peserta didik di kejauhan dan dirancang untuk mendorong interaksi peserta didik belajar dan sertifikasi". Sedangkan Teaster dan Blieszner (1999) berpendapat  "istilah pembelajaran jarak jauh telah diaplikasikan ke berbagai metode instruksional".  Proses distance learning bisa secara synchronous, di mana pengajar dan peserta didik dapat berinteraksi dalam waktu yang sama walaupun tidak dalam satu tempat, seperti contohnya teleconference. Sedangkan Asynchronous, peserta didik berinteraksi dapat pada waktu yang tidak sama dan tempat yang tidak sama juga, contohnya media Compact-disk (CD), dan e-learning. Distance learning juga dapat memperluas jangkauan dan jumlah peserta didik (Kozlowski, 2002) (http://widhiamauduah. blogspot.co.id/2012/06/distance-learning.html, diposkan oleh widhia maudu'ah di 02.01, di browsing 2 Mei 2016).
Dari definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa distance learning adalah merupakan bentuk pengembangan dari proses pembelajaran konfensional yang diakibatkan oleh adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dimana proses penyampaian bahan ajar kepada peserta didik menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sehingga proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dengan pengajar, tidak mengharuskan saling berhadapan secara langsung pada suatu tempat atau suatu waktu tertentu.

B.   Sejarah Distance Learning
Sistem pendidikan jarak jauh pada awalnya berbentuk pendidikan koresponden yang mulai dikenal sekitar tahun 1720- an sebagai suatu bentuk pendidikan orang dewasa.  Proses pembelajarannya menggunakan bahan cetak yang dikenal dengan self-instruksional texts dan dikombinasikan dengan komunikasi tertulis antara pengajar dan siswa.  Dalam perkembangannya istilah pendidikan koresponden dianggap terlalu sempit.  Kemudian muncul istilah independent study (belajar mandiri), home study (belajar di rumah) dan external study (belajar di luar sekolah).  Baru pada tahun 1970-an, bersamaan  dengan berdirinya Open University di Inggris, istilah pendidikan jarak jauh menjadi populer dan penggunaannya mencakup pendidikan korespondensi, independent study, home study dan external study (http://padamu.net/sistem-pendidikan-jarak-jauh).
 “Distance learning” dikembangkan pertama kali di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris pada pertengahan tahun 1800. Pada tahun 1840, Sir Isac Pitman mengajar jarak jauh menggunakan surat. Dan pada tahun 1980 an, International Correspondence Schools (ICS) membangun metode perkuliahan “home-study courses” yang pada saat itu dikarenakan faktor kemananan pada era itu. Pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori : (http://ristalikestar.blogspot.co.id/2014/09/distance-learning-simulation.html)
1. Sistem berbasis video mulai muncul tahun 1960-an dimana ketika itu merupakan era meluasnya kepemilikan televisi. Dengan merekam materi belajar ke dalam kaset video dan diputar pada stasiun-stasiun televisi, sistem ini memiliki jangkauan geografis yang cukup besar. Salah satu kelemahan sistem ini adalah kurangnya interaksi dan komunikasi dua arah antara pengajar dan peserta.
2.  Sistem berbasis data dapat kita klasifikasikan dalam dua kategori : groupware dan internet. Pada groupware, biasanya menggunakan perangkat lunak yang termasuk dalam kategori computer-supported coorperative (cscw), dimana melalui perangkat lunak ini, sudah tersedia layanan seperti electronic messaging, data conferencing, dan messaging gateways.

C.   Prinsip Distance Learning
Untuk pembuatan program ini dititikberatkan pada prinsip-prinsip pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pebelajar dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh pebelajar. Bahan-bahan pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang dapat dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh pembimbing atau tutorial dan ujian yang dirancang dengan pendekatan belajar tuntas. Pebelajar belajar dengan mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan dengan tutor yang bersangkutan.
b. Prinsip Keluwesan
Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik untuk memulai, mencari sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu dan tahun ajaran. Dikatakan luwes, pebelajar dimungkinkan untuk berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan non-formal atau sebaliknya dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
c.  Prinsip Keterkinian
Prinsip ini diwujudkan  dengan tersedianya program pembelajaran yang pada saat ini diperlukan (just-in-time). Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan masa mendatang (just-in-case). Kecepatan untuk memperoleh informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas.
d. Prinsip Kesesuaian
Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus setara dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam bentuk yang sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang pebelajar.
e. Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi pebelajar untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
f.   Prinsip Efisiensi
Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam sumber daya dan teknologi yang tersedia seoptimal mungkin. Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajar akan membantu pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin, sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.

     D. Karakteristik atau pola dalam Distance Learning
    Berikut penjelasan pola pendidikan jarak jauh : (Supradono, B., 2009)
1.    Sistem pendidikan yang pelaksanaannya memisahkan dosen dan mahasiswa. Sesuai dengan namanya, pendidikan jarak jauh secara nyata memisahkan dosen dan mahasiswanya baik dari dimensi jarak maupun waktu. Peserta didik hanya terikat dengan instansi pendidikan yang menaunginya secara administratif. Seorang peserta didik hanya cukup terdaftar di sebuah instansi pendidikan sedangkan proses belajar mengajar tidak lagi berada dalam sebuah kampus layaknya pendidikan konvensional seperti saat ini.
2.    Penggunaan media pendidikan untuk menyatukan dosen dan mahasiswa. Karena pembelajaran lebih cenderung menggunakan media eLearning seperti media cetak, audio, video, dan komputer. Peserta didik juga akan mendapatkan paket modul yang berupa bukubuku maupun modul digital yang berisi materi-materi yang harus dipelajari. Materi yang disajikan dalam modul-modul tersebut sama persis dengan apa yang diperoleh para peserta didik metode konvensional. Karena hampir tidak adanya peran dosen atau dosen dalam proses belajarnya, sebagai gantinya, maka modul-modul yang diperoleh nantinya diharapkan lebih variatif, inovatif, dan atraktif.
3.    Pembelajaran yang bersifat mandiri. Pendidikan konvensional yang ada seperti saat ini lebih menampakkan dominasi tenaga pendidik baik dosen maupun dosen. Campur tangan yang absolut tampak pada saat penyusunan jadwal pelajaran. Jadwal pelajaran membuat peserta didik menjadi “korban pendiktean” instansi pendidikan. Peserta didik terkesan “dipaksa” untuk belajar sesuai dengan jadwal yang telah dibuat. Peserta didik hampir tidak dapat belajar menyusun jadwal mereka sendiri. Dengan adanya distance learning, peserta didik dapat dengan leluasa menyusun jadwal mereka sendiri. Selain urutan mata pelajaran yang akan dipelajari, peserta didik juga dapat dengan leluasa menentukan kapan waktunya belajar. Seperti diketahui saat ini dimana tidak sedikit peserta didik yang melakukan kerja sambilan yang kebanyakan mengorbankan proses belajar mengajar di kampus atau sekolahnya. Hal ini jelas sangat tidak baik dan mengancam masa sekolah atau kuliahnya dan ketaatan kalender akademik. Dengan distance learning, peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajar dan bekerjanya tanpa harus mengorbankan salah satu dari keduanya, yang terpenting penyelenggra pendidikan patuh pada kalender akademik dan pelaporan ke DIKTI.
4.    Komunikasinya dua arah, baik yang disampaikan secara langsung (synchronuous) maupun secara tidak langsung (asynchronuous). Komunikasi dengan tatap muka pada distance learning sama konsepnya seperti pada pembelajaran konvensional. Komunikasi tanpa tatap muka dilakukan dengan menggunakan bantuan media, surat kertas atau digital (e-mail), telepon, dan media pendukung lainnya.
5.     Sistem pembelajarannya dilakukan secarasistemik (terstruktur), teratur dalam kurunwaktu tertentu. Kadang-kadang juga pertemuan antara dosen dan mahasiswa, baik dalam forum diskusi, tutorial, atau dengan pertemuan tatap muka (residential class) yang terstruktur sesuai Satuan Acara Perkuliahan (SAP). Namun pada dasarnya, pertemuan tatap muka tetap tidak boleh mendominasi pelaksanaan pendidikan. Dominasi tatap muka dalam pelaksanaan pendidikan mengindikasikan adanya ketergantungan yang sangat besar dari seorang peserta didik dengan tenaga pendidiknya.
6.     Paradigma baru yang terjadi dalam distance learning adalah peran dosen yang lebih bersifat "fasilitator" dan mahasiswa sebagai "peserta aktif" dalam proses belajarmengajar. Karena itu, dosen dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik, menyajikan bahan ajar yang menarik, sementara mahasiswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar. Kejelasan peran dosen dan mahasiswa tidak begitu tampak dalam sistem pendidikan konvensional saat ini. Pada sistem konvensional, dosen mayoritas berperan sebagai sumber dari segala sumber yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan mahasiswa pada dosennya. Mahasiswa kurang aktif untuk mencari tambahan materi sendiri. Mahasiswa lebih terkesan selalu didikte oleh dosen mereka.

Distance Learning dengan bantuan teknologi internet juga dapat menyajikan pelajaran dengan cara yang menarik. Merill dalam Regeluth (1983) mengemukakan bahwa dalam mengajar ada empat langkah utama yang dilakukan dosen yaitu:
 (1) pemberian pelajaran;
(2) pemberian contoh;
(3) pemberian latihan;
(4) pemberian umpan balik atau feedback yang berfungsi sebagai re-
     informcement.
Dari berbagai faktor yang disebutkan diatas Purbo (2002) mensyaratkan 3 (tiga) hal yang wajib dipenuhi dalam merancang Distance Learning agar supaya menghasilkan Distance Learning yang menarik dan diminati, yaitu
a.    Sederhana; Sistem yang sederhana akan memudahkan mahasiswa dalam mengunakan teknologi dan menu-menu yang ada atau dengan kata lain sistem yang dibuat benar-benar user friendly, sehingga waktu belajar dari mahasiswa dapat diefisiensikan untuk proses belajar.
b.    Personal; Syarat personal adalah peserta didik merasakan seolah berada di kelas nyata, hal ini dengan pembuatan sarana pendukung yang membuat mahasiswa betah duduk berlama-lama di depan layar monitor dengan aktifitas belajar.
c.    Cepat; Sementara itu syarat kecepatan adalah kecepatan akses dari internet itu sendiri juga feedback dari dosen untuk hal-hal yang ditanyakan secara online atau lewat individual contact (e-mail) oleh peserta didik. Dengan demikian perbaikan pada pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh dosen atau administrator.
(Agus Lahinta, ____ Seminar Internasional, ISSN 1907-2066).
Secara singkat Distance Learning perlu diciptakan seolah-olah mahasiswa tetap belajar secara konvensional, hanya saja terjadi pergeseran dari sistem analog ke sistem digital melalui bantuan teknologi internet. Oleh karena itu Distance Learning tetap perlu mengadaptasi unsur-unsur yang bisanya terjadi atau dilakukan pada kelas konvensional. Dan keterlibatan berbagai unsur dalam perumusan menjadi suatu keharusan untuk terciptanya sistem yang sempurna bagi dosen, mahasiswa dan lembaga.
    Menurut Wolf (1996), untuk menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan jarak jauh harus memperhatikan tahapan berikut ini:
1.    Programming (menentukan/mrencanakan program)
2.    Course Development (pengembangkan mata kuliah/subjek pelatihan atau kursus)
3.    Pendekatan kurikulum, materi dan didaktik
4.    Evaluasi dari kualitas media/bahan ajar
5.    Pemanfaatan media elektronik
6.    Produksi dan distribusi dari dari mata kuliah/subjek kursus.


E.  Jenis program Distance Learning
Ada dua jenis Distance Learning, yaitu: (http://febrisabtio.blogspot.co.id/)
1.    Sinkron( Synchronous ).
Teknologi Synchronous adalah cara persalinan online dimana semua peserta  adalah "hadir" pada saat yang sama membutuhkan jadwal yang akan diselenggarakan. Web conferencing adalah contoh teknologi sinkron.
2.    Asinkron( Asyncronous).
Teknologi Asynchronous adalah cara persalinan online di mana peserta kursus materi akses pada jadwal mereka sendiri. Siswa tidak perlu bersama-sama pada waktu yang sama. forum papan pesan, e-mail dan video yang direkam adalah contoh teknologi asynchronous.
    Adapun program jenis-jenis program dari distance learning, antara lain yaitu:  (http://febrisabtio.blogspot.co.id/)
1)    Correspondence dilakukan melalui surat biasa
2)    Internet dilakukan baik sinkron atau asynchronous
3)    Telecourse / Penyiaran, di mana konten yang disampaikan melalui radio atau televise
4)    CD-ROM, di mana siswa berinteraksi dengan konten komputer disimpan pada CD-ROM
5)    PocketPC / Mobile Belajar dimana mahasiswa mengakses isi kursus yang tersimpan pada perangkat mobile atau melalui server nirkabel
6)    Pembelajaran jarak jauh Terpadu, integrasi hidup, pengajaran dalam kelompok atau interaksi dengan kurikulum pembelajaran jarak jauh

F. Manfaat Distance Learning
    Beberapa manfaat dari pada sistem pembelajaran Distance Learning yaitu (Verduin, J.R. & Clark, T.A.,1991, dalam Salim, K., dan Tiawa, DH., 2014);
1.    Memungkinkan terjadinya pemerataan kualitas pendidikan (Ali, M., 2004), terutama untuk pulau-pulau terpencil.
2.    Kapasitas dan waktu yang tidak terbatas, di mana dapat menampung jumlah siswa berapa saja dan siswadapat belajar bila-bila waktu, sesuai dengan undang-undang yang sudah ditetapkan, siswa dapat mengulang kembali pelajaran yang belum di fahami.
3.    Siswadapat memilih topik pembelajaran sesuai dengan keperluan dan kemampuannya untuk menguasai materi pembelajaran.
4.    Materi pembelajaran mudah diperbaharui dalam bentuk softcopy dandapat lebih efektif untuk pekerjaan yang berulang-ulang.
5.    Pembelajaran jarak jauh dengan e-education  dapat dilaksanakan secara interaktif atau chating sehingga dapat menarik perhatian dan motivasi siswa.

Menurut Soekartawi (2005), ada beberapa manfaat dari pembelajaran jarak jauh (distance learning), diantaranya adalah: (http://ristalikestar.blogspot.co.id/2014/09/distance-learning-simulation.html)
1.    Pembelajaran dapat dilakukan dengan sifat terbuka, fleksibel dan tidak terbatas oleh waktu. Lama waktu belajar juga bergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar. Pembelajar dapat menentukan kapan saja waktu untuk belajar, sesuai dengan ketersediaan waktu masing-masing. Kalau si pembelajar telah mencapai tujuan pembelajaran, ia dapat menghentikannya. Sebaliknya, apabila si pembelajar masih memerlukan waktu untuk mengulangi kembali subjek pembelajarananya, dia bisa langsung mengulanginya tanpa tergantung pada pembelajar lain atau pengajar. Mengingat, materi pembelajaran disimpan dalam komputer, berarti materi itu mudah diperbarui sesuai dengan perkembangan iptek. Kaum pembelajar dapat menanyakan hal-hal yang kurang dipahami secara langsung kepada pengajar, sehingga keakuratan jawaban dapat terjamin.
2.    Membantu interaksi antara murid yang berada di daerah terpencil dan pengajar / instrukturnya dengan diadakannya pertemuan berkala;
3.    Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas untuk meningkatkan pemerataan pendidikan. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru Tanah Air dengan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas, karena tidak memerlukan ruang kelas. Guru dan murid tidak perlu bertatap muka secara langsung dalam ruang kelas, karena yang digunakan adalah fasilitas komputer yang dihubungkan dengan internet atau intranet. Sehingga, dengan belajar seperti ini akan mengurangi biaya operasional pendidikan, seperti biaya pembangunan dan pemeliharaan gedung, transportasi, pemondokan, kertas, alat tulis dan sebagainya.
4.    Mengurangi angka putus sekolah atau putus kuliah.
5.    Meningkatkan prestasi belajar, khususnya bagi murid yang mengalami hambatan secara geografis karena jauh dari lokasi pembelajaran;
6.    Meningkatkan rasa percaya diri bagi peserta didiknya;
7.    Meningkatkan wawasan keilmuan yang tidak terbatas lagi oleh jarak, waktu, maupun usia. Pembelajar dapat memilih topik atau bahan ajar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing. Hal ini sangat baik karena dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Seperti diyakini kaum pendidik, bahwa pembelajar akan sangat efektif manakala sesuai dengan keinginan dan kebutuhan peserta didik.
8.    Mengatasi kekurangan tenaga pendidikan.

G.   Kelebihan dan Kekurangan Distance Learning
Kelebihan Distance Learning
Berdasarkan hasil penelitian Kalbin Salim dan Dayang Hjh Tiawa (2014) yang berjudul “Teknologi Distance Learning Berbasis e-Education di Wilayah Kepulauan Riau Indonesia” didapatkan hasil pendidikan dengan sistem distance learning menggunakan e-education dapat menghemat biaya pendidikan lebih efektif  daripada pembelajaran e-learning konvensional yaitu 60% - 80 %, untuk kepulauan Riau. Keuntungan lain juga daripada e-education ini adalah dapat mengurangi anggaran operasional seperti pelatihan guru dan biaya transportasi, akomodasi terutama biaya perjalanan laut yang jauh lebih mahal. Sistem administrasi juga  dapat dihematkan, untuk mengelola administrasi tidak perlu banyak tenaga, dengan beberapa orang saja sebagai “admin” dapat melaksanakan kerja  seperti pengurusan pendaftaran, mengatur modul-modul pembelajaran sampai kepada sistem pembayaran sumbangan pendidikan dan penggajian tenaga guru.
Berikut akan diuraikan lebih rinci keuntungan yang diperoleh dari sistem pembelajran jarak jauh, khususnya berbasis web ini antara lain :
1)  Menghemat biaya
Teknologi yang menggunakan sistem distance learning ini akan lebih menghemat 40-60% biaya pendidikan pada sistem kelas tradisional. Sistem ini akan mengurangi biaya-biaya utama yang harus dikeluarkan baik siswa, dosen, dan kampus. Biaya yang dihemat antara lain pada :
?  Biaya Perjalanan, hampir 40% biaya pendidikan adalah pada biaya perjanlalan ., yang antara lain digunakan untuk membayar transportasi bis, taxi, parkir, makan, dan lain sebagainya.
?  Biaya Fasilitas dan Penyelenggaraan, sistem distance learning berbasis web ini akan mengemat biaya untuk penyediaan fasilitas kelas seperti meja, kursi, whiteboard, dan berbagai macam kebutuhan kelas lainnuya. Dengan menggunakan virtual library, simulasi, dan sistem on-line akan mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kampus sebagai penyelenggara pendidikan.
?  Biaya Administrasi, dengan sistem ini administrasi kampus akan lebih mudah dan ringan. Pekerjaan bagi seorang administrasi seperti : pendaftaran mahasiswa, penyebaran dan penyediaan materi kuliah, pengaturan penilain, pengumpulan saran-saran, dan lain sebagainya tidak perlu dilakukan secara manual.
?  Biaya Gaji, seorang pekerja atau dosen akan dibayar sesuai dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk proses mengajar. Meskipun waktu proses belajar mengajar sistem Distance learning berbasis web dengan sistem kelas tradisional hampir sama, tetapi biaya yang digunakan untuk biaya transportasi dan akomodasi akan terkurangi. Sebagai contoh seorang dosen yang mengajar untuk tiga hari pertemuan, tetapi dia diasumsikan mebutuhkan waktu lima hari untuk berangkat dan kepulangan. Dengan sistem ini biaya tiga hari kuliah akan dibayar tiga hari gaji. MCI WorldCom University telah menggunakan sistem training secara on-line dan telah menghemat biaya sebesar $2.68 million USD pada tahun 1998, yang digunakan untuk travel, penyediaan fasilitas, gaji ($ 1500 per siswa), dan pengemabngan infrastruktur lainnya.
2)  Memperbaiki Sistem Pengajaran
Meskipun sebuah sistem baru, implementasi distance learning ini dalam proses pengajaran sangat banyak, antara lain :
?   Memperbanyak aktifitas siswa
Dengan sistem ini akan menuntut siswa untuk lebuh aktif . Siswa tidak hanya duduk dan medengarkan saja, tetapi dia akan lebih aktif dan harus bepikir. Siswa akan lebih mengontrol sistem pembelajarannya sendiri. Dengan kondisi ini maka siswa akan merasa lebih bertanggung jawab dan belajar secara efektif.
?  Memperluas dalam perolehan sumber data dan sumber pengetahuan (knowledge resource)
Dengan terkoneksi internet secara global maka siswa dapat mengeksplorasi sendiri sumber-sumber data untuk dipelajari dan dianalisis. Internet yang menyipan berjuta-juta informasi dapat menjadi media perpustakaan bagi siswa.
?  Kerjasama
Dengan menggunakan discussion board maka siswa dapat saling berkomunikasi untuk berdiskusi, berdebat, dan saling bertuka pikiran dengan sesama siswa, dosen, bahkan orang luar secara global menggunakan koneksi internet.
?  Lebih nyaman
Dari berbagai penelitian dipeoleh data bahwa sekitar 81% siswa merasa lebih nyaman menggunakan sistem pembelajran jarak jauh ini. Mereka lebih memiliki keberanian untuk bertanya kepada instruktur dan mendapatkan jawaban dari permasalahan mereka sesuai kebutuhan mereka.
?   Kebebasan siswa dan Universalitas
Distance learning ini mampu menyesiakan dengan berbagai type siswa dan personalitas seperti : kecepatan berpikir, masalah bahasa (verbal), akititas siswa, introvet/ekstrovet, dan lain sebagainya. Semua siswa akan merasa diperlakukan sama. Dengan demikian siswa akan lebih merasa bebas dan mampu berkonsentrasi kepada proses belajarnya daripada harus mempermasalahkan masalah sosial yang muncul. Cukup menggunakan sandal dan piyama siswa dapat mengikuti proses belajar.
Dengan metode ini siswa dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran dan penjadwalannya (schedule). Seorang siswea dapat belajar dengan waktu yang lama, dimana seharusnya dalam sebuah perkuliahan membutuhkan waktu beberapa jam. Dan dia dapat mengulangi pelajaran kapan pun bila mungkin mengalami sebuah kesulitan atau mungkin begitu tertarik terhadap mata kuliah tersebut. Hal ini akan memberikan sisi positif terhadap siswa yaitu menciptakan rasa bertanggung jawab dan disiplin pribadi terhadap apa yang telah dilakukan.
?  Kemudahan Pengajar
Seorang instruktur akan lebih mudah mengajar karena dia dapat memeberikan materi kuliah dari mana saja dengan sebuah koneksi internet. Dengan demikian akan megurangi biaya transportasi seorang instruktur dan menghemat waktu. Dan seorang instruktur dapat melakukan penilaian aktivitas siswa, nilai mid, ujian akhir secara penilaian otomatis yang dibuat pada sistem pembelajaran jarak jauh ini.
?  Materi kuliah yang lebih dinamis
Seorang instruktur dapa menambah mata kuliah kapan pun dengan cepat. Dia dapat mengirimkan materi dari rumah ketika dia tadi lupa memberikan kuliah ataupun ketika dia mempunyai sebuah inspirasi baru tentang materi kuliah. Dengan demikian maka informasi materi kuliah dapat up to date.
?  Skalabilitas yang lebih luas
Dengan menggunakan perkuliahan berbasis web ini, maka masalah skalabilitas terhadap jumlah siswa (participant) tidak menjadi masalah lagi,. Jumlah 10 atau 100 siswa pun tetap sama bagi seorang dosen dalam mengajar, sehingga energi yang dikeluarkan untuk mengjar akan menjadi lebih kecil.
?  Membentuk sebuah komunitas
Dengan Web orang mampu membuat komunitas yang mana orang dapat bertukar pikiran dan ilmu pengetahuan dengan mudah dan kapan saja. Sehingga orang dapat berinteraksi satu sama lain., dengan demikian akan menjadikan sisi humanisme dai teknologi ini.

Kekurangan Distance Learning:
    Disamping adanya banyak manfaat yang diberikan oleh model belajar distance learning, ada juga kelemahan yang dimilikinya seperti berikut ini: (http://ristalikestar.blogspot.co.id/2014/09/distance-learning-simulation.html, di pos-kan oleh Rista Ayustri di 16.49, di browsing 2 Mei 2016)
1.    Biaya infrastruktur yang mahal menyebabkan imbas pada biaya pendaftaran calon peserta didik yang juga menjadi mahal.
2.    Interaksi antara peserta didik dan pengajar terbatas. Kesulitan mendapat penjelasan pengajar/fasilitator yang sesegera mungkin apabila pelajar mendapatkan kesulitan.Pelajar harus menunggu pengajar untuk membuka internetnya.
3.   Sulitnya menerapkan pembelajaran jarak jauh berbasis TIK bagi daerah yang masih belum terjangkau listrik, atau belum tersentuh teknologi komputer sama sekali.
4.   Tingginya kemungkinan gangguan belajar. Karena sifat cara pendidikan jarak jauh ini merupakan belajar mandiri, sehingga kemungkinan terjadi gangguan selama belajar sangat mungkin, hal ini bergantung pada motivasi masing-masing pembelajar. Demikian pula dengan kemungkinan terhentinya program pembelajaran.
5.   Pemahaman pembelajar terhadap bahan ajar. Bisa saja terjadi kesalahan visi dan persepsi terhadap tujuan yang ditentukan. Si pembelajar merasa bahwa dia telah mencapai tujuan pembelajaran; sedangkan pengajar/fasilitator masih menganggap belum tercapai sepenuhnya. Tetapi, kesalahan visi dan persepsi ini dapat ditanggulangi, karena setiap akhir paket pembelajaran diadakan evaluasi dan refleksi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak negatif dari Proses Distance Learning (Pembelajaran Jarak Jauh) sebagai berikut :
1.    Memberikan motovasi kepada pelajar agar memiliki rasa ingin tahu dan semangat belajar dengan cara memberikan tugas-tugas secara online,dengan bobot yang sesuai denga pelajar tersebut.
2.    Memberikan waktu kepada pelajar unuk bertanya apa yang kurang iya pahami dibantu dengan membuka Internet atau media informasi secara online.
3.    Dengan mengadakan Evaluasi dan Refleksi disetiap ahir paket pembelajaran
H.    Kesimpulan
Dari pembahasa yang telah dilakukan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Distance learning (DL) diartikan sebagai pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain
2.    “Distance learning” dikembangkan pertama kali di Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris pada pertengahan tahun 1800. Pada tahun 1840, Sir Isac Pitman mengajar jarak jauh menggunakan surat. Dan pada tahun 1980 an, International Correspondence Schools (ICS) membangun metode perkuliahan “home-study courses” yang pada saat itu dikarenakan faktor kemananan pada era itu.
3.    Prinsip-prinsip pendidikan jarak jauh, diantaranya adalah kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan efisiensi.
4.    Pola pendidikan jarak jauh, antara lain: pelaksanaannya memisahkan antara siswa  dan pendidik, penggunaan media yang menyatukan siswa dan pendidik, pembelajaran bersifat mandiri, komunikasi dua arah, sistimnya terstruktur, dan  guru lebih bersifat fasilitator sementara siswa sebagai peserta aktif.
5.    Berbagai jenis program distance learning, antara lain: Correspondence, Internet, Telecourse / Penyiaran, CD-ROM, PocketPC / Mobile Belajar dan Pembelajaran jarak jauh Terpadu
6.    Berbagai kelebihan metode mengajar distance learning, diantaranya: memungkinkan pemerataan pelayanan pendidikan dengan biaya murah, dan memperbaiki sistim pengajaran. Sementara itu kekurangan metode distance learning di antaranya adalah biaya infrastruktur yang mahal, Interaksi antara peserta didik dan pengajar terbatas, sulitnya menerapkan pembelajaran jarak jauh berbasis TIK bagi daerah yang masih belum terjangkau listrik, tingginya kemungkinan gangguan belajar, dan pemahaman pembelajar terhadap bahan ajar.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Salim, K., dan Tiawa, H.J. 2014. Teknologi Distance Learning Berbasis e-Education di Wilayah Kepulauan Riau Indonesia. Proseding, ISBN: 978-979-16353-6-3 (dipresentasikan pada Seminar Nasional Matematika dan Statistika FMIPA UNTAN Pontianak, 27 Feberuari 2014)
  2. Supradono, B., 2009. Perancangan Pengembangan Komprehensif Sistem Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning) di Institusi Perguruan Tinggi yang Berbasis E-Learning. Media Elektrika, Vol. 2 No. 2, 2009: 31-36
  3. Lahinta, Agus. ______. Berbagai Model Inovasi Pembelajaran dengan Dukungan Teknologi Informasi. Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia. Seminar Internasional, ISSN 1907-2066.
  4. https://isnalathifah.wordpress.com/2015/06/10/makalah-distance-learning/
  5. http://e-learning-teknologi.blogspot.co.id/2012/12/kelebihan-dan-kekurangan-pembelajaran.html
  6. http://bukhoriyah.blogspot.co.id/2012/02/model-pembelajaran-jarak-jauh.html
  7. http://www.langkahpembelajaran.com/2014/11/pengertian-dan-ciri-ciri-e-learning.html.
  8. (http://febrisabtio.blogspot.co.id/, diposkan oleh Febri Sabtio W di 2:44 PM, di browsing 2 Mei 2016).
  9. (http://widhiamauduah. blogspot.co.id/2012/06/distance-learning.html, diposkan oleh widhia maudu'ah di 02.01, di browsing 2 Mei 2016).
  10. (http://padamu.net/sistem-pendidikan-jarak-jauh)
  11. (https://lalangiran.wordpress.com/tag/long-distance-learning/)
  12. (https://lalangiran.wordpress.com/tag/long-distance-learning/).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar